Comeback

Sorak sorai penonton semakin bergemuruh saat Niskala menginjakkan kaki di panggung. Ini penampilan pertama Niskala setelah sekian lama hiatus. Ya, selama ini merek tidak pernah tampil tanpa Zafran. Niskala itu empat, dan akan selalu empat sampai akhir. Jika satu gugur, maka semuanya pun gugur.

Butuh waktu lama untuk Zafran bisa berdiri tegak di sini. Menggelar konser seperti apa yang diinginkan kembarannya. Dia memang tak tampak, namun Zafran yakin kembarannya akan selalu mendukung di manapun ia berada.

Dua lagu milik Niskala telah selesai ditampilkan. Namun ada satu penampilan khusus dari Zafran untuk seseorang, Zayyan, kembaran tersayangnya.

Since the love that you left is all that I get I want you to know that if I can't be close to you I settle for the ghost of you I miss you more than life (more than life)

And if you can't be next to me Your memory is ecstasy I miss you more than life I miss you more than life

Pelupuk mata Zafran terlihat mengkilat basah. Rasanya begitu sesak. Berbagai kenangan mulai bermunculan di kepalanya. Ia tidak bisa membayangkan jika yang ia takuti selama ini benar-benar menjadi nyata. Mungkin Zafran tidak akan pernah sanggup lagi untuk berdiri di sini.

Walaupun Zayyan tidak ada di sini, ia bisa merasakan keberadaannya. Adik kembarnya itu biasanya duduk di pojok kanan. Bertepuk tangan heboh dengan sorakan keras yang dulunya begitu annoying untuk Zafran. Kini Zafran bahkan berharap hanya sorakan Zayyan yang ia dengar, bukan dari penonton lain.

Zafran selesai menyanyikan lagunya. Ia turun dari panggung dan langsung disambut oleh pelukan dari teman-temannya.

“Kuat, bro. Lo harus kuat,” ujar Devon sambil menepuk-nepuk punggung Zafran.

“Nggak ada yang ngerokok kan?” tanya Zafran.

“Aman. Semuanya udah terkendali. Emang Zayyan masih di sini?” tanya Farrel.

“Semoga masih. Dia udah janji selalu ada buat gue.”

Ucapan Zafran menuai senyum haru dari teman-temannya. Mereka lalu menggiring Zafran ke backstage. Di sana ia berpapasan dengan Allisya yang sedang mengobrol dengan Evan. Mereka bertatapan sejenak sebelum akhirnya Zafran memalingkan wajah dan bergegas pergi.


Zafran dan yang lain melangkah menuju ruang transit. Mereka disambut meja panjang penuh hidangan makanan yang disiapkan khusus oleh keluarga Zafran untuk Niskala dan para staff.

Dari sekian banyak orang di sana, Zafran hanya menatap satu orang yang mulutnya penuh dengan makanan. Senyum kecil terbit di bibir. Ia mendekat lalu menjitak kepala orang itu.

“Makan teros!”

“Sakit anjir!”

“Mata lo udah berat banget buat melek masih aja dipaksain makan ya.”

“Kapan lagi gue bisa makan bareng-bareng gini. Lo udah selesai nyanyi?”

“Udah lah! Lo gimana sih? Katanya mau nonton gue?”

Dia meringis. “Masakan bunda lebih menggoda buat di eksekusi, Ran.”

Zafran menggosok rambut lelaki yang lebih muda sepuluh menit darinya itu sampai berantakan lantas duduk di sebelahnya. Ia menyerobot suapan yang hendak dilahap dan langsung memasukkannya ke mulut. Baru beberapa kali kunyahan, tiba-tiba kedua matanya melotot.

“KOK PEDES?!”

“YA EMANG ADA CABENYA!”

“LO GAK NGOMONG NJIR! GUE GAK SUKA PEDES!”

“SALAH SIAPA NYEROBOT MAKANAN ORANG!”

“AMBILIN MINUM CEPET!”

“NGGAK ADA!”

“ZAYYAN!!!”