Fan Meeting
Sorak sorai menggelegar, memenuhi ruangan besar yang penuh oleh fans. Mereka saling menyerukan nama para member yang kini duduk berjejer di balik meja panjang dengan senyum yang begitu mempesona. Musik dari lagu terbaru mereka mengalun pelan sebagai latar. Terdengar menenangkan, tapi ada sebuah frekuensi samar yang cukup kuat untuk membuat dada sesak.
Seorin berdiri dalam antrean, menunggu giliran. Tangannya terasa dingin. Ia memandangi satu persatu fans yang berjalan mendekat idolanya, mengulurkan tangan kegirangan, lalu pergi dengan wajah memerah dan langkah limbung. Beberapa dari mereka tampak lemas sampai harus dibantu oleh staff yang berjaga untuk turun dari panggung. Dalam keadaan seperti itu, mereka masih tetap tersenyum bahagia, seperti orang yang sedang dimabuk asmara.
Giliran Seorin semakin dekat. Ia menatap Asahi yang duduk paling ujung. Lelaki itu juga menyadari keberadaannya. Namun Asahi langsung memalingkan wajah dan kembali fokus ke fans yang datang ke mejanya. Seolah tidak mau orang-orang tahu kalau ia mengenal Seorin.
Yang jadi pertanyaan, bagaimana Asahi bisa tahu kalau Seorin adalah orang yang dia hubungi lewat X? Seorin tidak pernah memposting apapun soal wajahnya. Dan dia juga tidak memberitahu Asahi di mana ia berada sebelumnya. Apakah ada ciri khusus yang membedakan Seorin dengan fans yang katanya sudah terhipnotis oleh kawanan vampir itu?
“Halo?”
Seorin agak tersentak. Terlalu lama melamun, ia sampai tidak menyadari kalau gilirannya telah tiba. Member pertama yang ia temui adalah Jihoon. Lelaki itu tersenyum manis seraya mengulurkan tangannya. “Lagi mikirin apa, hm?”
Jantung Seorin berdegup kencang. Ia ragu mengulurkan tangan. Namun saat akhirnya ia menyentuh telapak Jihoon, tubuhnya langsung menegang. Rasanya seperti ditarik pelan. Jiwanya seperti bergerak menjauh dari raga. Napas Seorin tercekat. Ia sontak menarik tangannya dengan sedikit teriakan.
Napas Seorin berderu kencang. Bahunya naik turun cepat. Ia menatap tangannya yang berkeringat lalu beralih ke Jihoon yang tampak kebingungan. Pandangannya berpendar dan menemukan semua orang tengah menatapnya.
“Kamu baik-baik saja?” tanya Jihoon tampak khawatir.
“Ada apa?” Beberapa staff menghampiri Seorin. Perempuan itu menggeleng, berusaha menghindari atensi.
“Aku baik-baik aja,” jawab Seorin meyakinkan.
Jihoon mengulurkan tangannya lagi. “Kamu nggak mau pegang tanganku, kah?”
Tidak ada jawaban dari Seorin. Kalau dia memegang tangan itu lagi, jiwanya akan kembali disedot dan ia tidak tahu apa yang akan terjadi setelahnya. Hanya memegang sekilas saja rasanya sudah sakit.
Namun yang membuat Seorin heran, bagaimana tangannya bisa terasa sakit bahkan hanya dari menyentuh ujung jari Jihoon saja? Fans lain ada yang sampai bergenggaman tangan tapi mereka tampak baik-baik saja. Mengapa dirinya berbeda? Apa lagi-lagi karena dia tidak terpapar efek para vampir itu?
Ini gawat! Bisa-bisa Seorin ketahuan kalau dia telah mengetahui penyamaran para vampir tersebut. Seorin harus berpura-pura tidak terjadi apa-apa agar kawanan vampir itu tidak curiga.
Seorin kembali mendekatkan tangannya. Jari-jarinya gemetaran, menyentuh telapak tangan Jihoon. Tidak ada sesuatu yang terjadi. Hanya ada dingin yang terasa di sana. Jihoon tersenyum lagi lalu menggenggam tangan Seorin dengan lembut.
“Jangan tegang. Siapa namamu?”
“S-Seorin.”
“Oke, Seorin.” Jihoon melepas salah satu genggaman tangan mereka untuk menandatangani album yang dibawa Seorin. Ibu jarinya mengelus punggung tangan Seorin, membuat perempuan itu rileks.
“Nggak ada yang mau kamu bilang ke aku nih?” tanya Jihoon dengan nada sedikit menggoda.
“Emm.. jaga kesehatan selalu, Jihoon. Jangan sampai sakit lagi. Aku bakal dukung kamu terus!”
Lelaki itu tersenyum. “Gomawo, Seorin-ah!”
Sesi bersama Jihoon selesai. Seorin bergeser ke member sebelahnya. Tak ada hal yang terjadi. Sengatan tadi tidak Seorin temukan lagi di member lain. Padahal Seorin menantikannya. Ia ingin mencari tahu apa yang akan terjadi jika dia menahan genggaman tangan bersama member.
“Hai, Rin!”
Akhirnya Seorin tiba di hadapan Asahi. Lelaki itu tersenyum sampai lesung pipinya nampak.
“Hai!” balas Seorin, tampak lebih santai daripada saat dia berhadapan dengan member lainnya.
“Tadi kenapa?”
“Entahlah, tiba-tiba tanganku sakit.”
Seorin mengulurkan tangan yang langsung digenggam Asahi. Lelaki itu mengelus telapak Seorin sampai ke jari-jarinya satu persatu. Berbeda dari yang lain, tangan Asahi terasa hangat. Semakin membuat Seorin percaya kalau Asahi memang satu-satunya manusia di antara member lainnya.
“Nggak ada apa-apa. Tangan kamu baik-baik aja kok.”
Seorin mengangguk. “Mungkin aku cuman kaget.”
Selesai menandatangani, Asahi menyerahkannya album itu kembali ke Seorin. “Sampai jumpa lagi!” ujarnya sambil melambaikan tangan.
Mulut Seorin bergerak ragu seperti hendak mengatakan sesuatu. Namun ia mengurungkannya lalu membalas lambaian tangan Asahi. Mungkin sebaiknya ia tidak membicarakannya di sini. Sebab Seorin merasa... kesembilan member lainnya terus menatapnya.