Pembebasan

Langkah kaki Seorin bergema di sepanjang lorong sempit yang pengap. Ia berjalan di belakang Asahi, mengikuti setiap pergerakan cowok itu. Mereka sudah melewati tiga pintu keamanan. Semuanya dapat dibukan dengan mudah oleh Asahi. Berbeda saat Seorin menyelinap ke ruang ini sendirian. Mungkin karena Asahi sudah memiliki sidik jari vampir yang menjadi kunci setiap ruangan di sini.

Entah mengapa Seorin merasa lebih aman saat bersama Asahi. Kemarin ia sampai harus menyamar jadi kru, bersembunyi di berbagai sudut, bahkan sampai menahan napas agar para vampir itu tidak dapat mendeteksi keberadaannya. Namun saat bersama Asahi, semua terasa mudah. Tak banyak penjaga yang mereka temui. Mereka seperti memang diijinkan untuk masuk.

Mereka tiba di sebuah pintu besi terakhir yang diyakini menjadi ruang para member disekap. Asahi menempelkan ibu jarinya di alat pemindai sidik jari. Tak butuh waktu lama sampai pintu itu terbuka. Bau amis serta aroma logam langsung menyergap. Ruangan itu hanya diterangi cahaya remang dari lampu neon tua yang menggantung di langit-langit. Sesekali berkedip pelan, seolah kehabisan daya.

Di dalamnya, ada sembilan sel besi berjajar. Tidak begitu besar, hanya cukup untuk duduk dan berbaring dengan lutut menekuk. Di dalamnya, tubuh seseorang yang kurus dan lemah terlihat terkulai. Sebagian ada yang bersandar di dinding, sebagian lagi meringkuk sambil memeluk lutut.

Itu mereka. Para member TR10. Mereka masih hidup.

Asahi menahan napas. Matanya menyapu satu persatu wajah di balik jeruji besi. Perih mendera batinnya. Asahi mendekat ke salah satu sel dengan langkah berat.

“Hyung?”

Suara Asahi nyaris pecah. Walaupun lirih, tapi suaranya masih cukup membuat tubuh dalam sel itu tersentak. Jihoon yang terkulai lemas dengan posisi tubuh bersandar di dinding membuka matanya pelan. Untuk sesaat, ia hanya menatap kosong. Lalu napasnya tercekat.

“Asahi?” ujarnya lemah.

Asahi berjongkok di depan sel. Kedua tangannya mencengkram jeruji. “Hyung, ini aku.”

Jihoon tersenyum kecil. Wajahnya pucat, matanya cekung. Ada sebuah cahaya yang bersinar dari bola matanya saat melihat Asahi. “Syukurlah kalau kamu selamat.”

Asahi mengepalkan tangan. Air matanya jatuh diam-diam. “Aku bakal bebasin Hyung dan yang lain.”

Melihat Jihoon mengangguk, Asahi mengeluarkan kunci pemberian vampir Doyoung dari kantong jaketnya dengan tangan gemetar. Satu per satu, dia membuka pintu sel, dibantu oleh Seorin. Penghuni sel itu pun terbangun mendengar gemerincing besi di hadapan mereka.

“Sahi Hyung?” Suara lirih lainnya terdengar. Ia menatap Asahi dengan matanya yang bengkak, tampak tak percaya.

Asahi tersenyum samar. “Bangun, Jeongwoo. Waktunya pulang.”

Lelaki bernama Jeongwoo itu sontak meneteskan air mata. Terlampau senang melihat kehadiran Asahi yang akan membawanya pulang.

Lalu ada Hyunsuk, Jaehyuk, Haruto, Junghwan, Doyoung, Yoshi, Junkyu. Wajah-wajah yang sempat hilang kini kembali. Tubuh mereka tampak lemah dengan luka-luka yang membekas di kulit. Namun saat melihat Asahi, ada percikap harapan yang menyala.

Semua pintu sel itu telah terbuka. Asahi mundur selangkah, berdiri di tengah lorong dan menatap semua member yang berdiri di luar sel mereka masing-masing. Ia tidak bisa menahan air mata.

Jihoon berjalan paling awal lalu memeluk Asahi tanpa sepatah kata. Lengan yang gemetar melingkari tubuh Asahi erat-erat, seolah memastikan bahwa ini nyata, bahwa Asahi benar-benar ada di sana.

Hyunsuk menyusul. Lalu Yoshi, Jaehyuk, Haruto, Jeongwoo, Junghwan, Doyoung, dan Junkyu. Mereka saling menghampiri dengan langkah yang tertatih. Para member saling berpelukan. Suara isakan tertahan, desahan lega, dan ucapan syukur terucap pelan. Seorin yang melihatnya ikut meneteskan air mata.

Akhirnya, TR10 bisa utuh kembali.