Penguntit
Malam telah tiba. Menelusup ke sela-sela gedung yang mulai sepi. Udara dingin menerpa tubuh Seorin. Ia menggigil namun bukan karena dinginnya udara di sana. Ada sesuatu yang tidak beres, yang sedari mengikutinya di belakang.
Langkah Seorin cepat, tapi ia berusaha untuk tidak tergesa. Wajahnya tetap tenang tapi waspada. Sesekali melirik ke belakang. Menemukan seseorang berjalan mengikutinya dadi jarak yang cukup jauh.
Seorin mengambil jalur lain alih-alih ke rumahnya. Jangan sampai orang itu tahu di mana ia tinggal. Seorin hanya perlu mencari tempat yang ramai. Setidaknya orang itu tidak akan menyerang di tengah banyaknya orang kan?
Namun sebelum Seorin berbalik arah, tiba-tiba sesosok tubuh melesat cepat melewatinya. Seorin memekik. Sosok itu kini berdiri di hadapannya. Matanya menyala merah dengan mulut yang menyeringai menampakkan taring.
“Manusia bodoh. Kau pikir bisa melenyapkan Kami?”
Seorin tidak mengenali wajah Vampir itu. Ini berarti tidak hanya member TR10 yang sudah diculik dan diambil identitasnya. Namun para vampir itu juga sudah mulai mencuri identitas para penggemar TR10. Kalau dibiarkan terus menerus, bisa jadi seluruh kota ini akan dihuni oleh bangsa Vampir.
Vampir itu bergerak menyerang. Seorin sudah siap dengan pisau kecil dari dalam tasnya. Tanpa ragu, ia menghunus senjata dari logam perak yang tampak berkilau samar di bawah cahaya bulan dan terbungkus kain berwarna merah tua. Masih pisau yang sama yang diberikan Asahi saat Seorin menyelundup ke ruang bawah tanah.
Saat vampir itu menerjang, Seorin memutar tubuh dan menyayat lengan penyerangnya dalam satu gerakan lincah. Teriakan kesakitan langsung meledak dari mulut vampir itu. Dagingnya melepuh. Asap hitam tipis mengepul dari lukanya.
“Apa ini?! Darah manusia?!”
Seorin tidak menjawab. Dengan satu dorongan kuat, ia menghantamkan tubuh vampir itu ke dinding. Pisau perak itu menusuk tepat di jantung vampir itu. Seorin tidak yakin vampir itu akan mati karena pisau ini tidak direndam oleh darah manusia yang ia tiru.
Benar saja, Vampir itu tidak langsung musnah. Ia hanya menjerit dan meronta minta dilepaskan. Kakinya menendang Seorin hingga terjatuh. Ia langsung melesat ke langit dan menghilang.
Seorin terdiam. Napasnya berat. Genggaman pada pisaunya gemetar namun tetap erat.
Benar kata Asahi, para vampir itu hanya bisa mati dengan senjata yang telah direndam oleh darah manusia yang ia tiru. Padahal Seorin telah menusuknya tepat di jantung, tapi tetap saja tidak berhasil memusnahkan vampir itu.
Malam itu, Seorin semakin bertekad untuk menemukan tubuh asli para member TR10 sebelum semuanya terlambat.