Penyamaran yang Hampir Terungkap
Udara malam masih melekat di kulit Asahi ketika ia kembali ke dorm. Bangunan mewah itu tak lagi terasa seperti rumah, melainkan sebuah sarang di mana para predator yang siap menerkamnya berada. Banyak mata tajam yang dapat mengendus perubahan sekecil apapun. Asahi harus sangat berhati-hati agar penyamarannya tak terendus mereka.
Begitu pintu dorm terbuka, aroma besi khas bau darah segar menyergap. Dua member, Haruto dan Jeongwoo, sedang duduk di sofa bersama dua cangkir berisi cairan merah yang Asahi yakini sebagai hasil perburuan mereka hari ini. Mata mereka memantulkan layar TV yang menyala. Namun Asahi tahu mereka tidak benar-benar menonton.
“Dari mana?”
Asahi tersentak saat Jaehyuk tiba-tiba sudah berdiri di hadapannya. Mata merah lelaki itu menatapnya tajam.
“Cari udara segar.”
Jaehyuk tertawa sinis. “Lelucon macam apa itu? Padahal vampir tidak butuh udara segar.”
Asahi menegang tapi langsung ia samarkan dengan tertawa kecil. “Ya, aku cuman butuh ruang buat jalan-jalan bentar.”
Senyum Jaehyuk lenyap. Dia melangkah mendekat, terlalu dekat hingga Asahi bisa merasakan hawa dingin khas tubuh yang sudah tidak hidup darinya. Lalu tanpa peringatan, Jaehyuk menyorotkan lampu UV kecil ke mata Asahi untuk memeriksa reaksi pupil lelaki itu.
“Kau semakin aneh,” ujar Jaehyuk tajam. “Kau tidak pernah makan bersama Kami. Kau tidak pernah meminum jatah darahmu. Dan kau menunjukkan emosi yang seharusnya tidak dimiliki seorang vampir.”
Jaehyuk mendorong Asahi hingga terhimpit di ujung dinding. Lengannya mencekik leher Asahi hingga lelaki itu susah bernapas.
“Kau pikir bisa menipu Kami semudah itu, hm?” ujar Jaehyuk dingin dengan mata merahnya yang semakin menyala.
“Ak.. aku.. tidak... men-menipu kalian.. percayalah!” sahut Asahi terbata-bata.
Terdengar gelak tawa dari dua vampir yang menonton keributan mereka. Vampir berwajah Haruto itu bangkit sambil membawa cangkir darahnya. “Kau kehabisan napas kan, Bodoh?! Vampir tidak butuh bernapas. Mereka hanya butuh darah.”
Asahi langsung menyamarkan mimiknya. Dua vampir di hadapannya menyeringai sampai taring mereka terlihat.
“Kalau kau memang vampir, minumlah darah ini sampai habis!”
Haruto langsung mencekoki Asahi dengan cangkir darahnya. Mata Asahi melotot penuh. Namun ia berusaha menelan cairan beraroma anyir itu tanpa menumpahkannya sedikitpun. Dia harus bebas. Dia tidak boleh tertangkap secepat ini.
Cairan darah itu telah tandas. Haruto melempar cangkirnya mengenai dinding hingga terpecah belah. Tawa khas milik Jeongwoo menggelegar. Asahi sangat mengenalinya. Namun kali ini tawa itu terdengar mengerikan.
“Dengar, kalau kau berani bermain dengan api, pastikan kau juga sudah siap untuk terbakar!” peringat Jaehyuk sambil melepaskan cekikannya.
Tubuh Asahi langsung terjatuh lemas ke lantai. Ia terbatuk-batuk oleh rasa nyeri di leher sekaligus darah kental yang terasa masih tersangkut di sana. Ketiga vampir itu lantas pergi.
Gila, ini benar-benar berbahaya. Namun Asahi tidak akan menyerah. Dia harus tetap menyelamatkan teman-temannya.