Prom Night Party
Gedung sekolah itu disulap menjadi sebuah gemerlap pesta di keheningan malam. Lahan parkir penuh oleh mobil para siswa yang berjejeran. Berpasang-pasang siswa datang dengan pakaian serba hitam yang menjadi dress code pesta malam itu. Tawaan dan pekikan dari para gadis turut meramaikan malam kelulusan itu.
Dua mobil hitam dan sebuah mobil putih memasuki area parkir. Lelaki bernama Samuel turun di sana lalu berlari memutar untuk membukakan pintu di sampingnya. Seorang gadis penuh kilauan keluar seraya terkekeh kecil oleh sikap Samuel. Mobil hitam lainnya mengangkut Kevin dan Jayden beserta kekasih mereka masing-masing. Sedangkan mobil putih tadi milik Danny.
Freya langsung berhambur pada Stella dan Bella. Sedangkan Kevin yang tak tau malu langsung merangkul Samuel untuk bergabung dengan mereka. Samuel tidak menolak. Sebenernya ia pun tak masalah untuk bergaul dengan gerombolan pembuat onar itu. Samuel bukan orang yang selektif dalam memilih lingkaran pertemanan. Hanya saja saat itu ia kesal dengan Justin. Makanya ia tidak mau dekat dengan Sweet Escape.
“Lo hari ini jadi pasangannya Samuel, Fre?” tanya Stella yang mendapat anggukan dari Freya. “Cocok sih, kalian pasti bakal dapet gelar king and queen prom malem ini!” tambah Stella kelewat excited.
“Justin belum keluar dari penjara ya, Fre? Kalau dia nggak dipenjara pastinya sekarang dia yamg yang jadi pasangan lo,” timpal Bella yang langsung mendapat injakan dari Stella di kakinya. Freya hanya terkekeh melihatnya.
Benar juga, kalau saja garis takdir konyol yang menghubungkan ia dan Justin tidak pernah ada, mungkin sekarang ia akan menjadi pasangan Justin. Freya jadi membayangkan bagaimana Justin mengenakan setelah jas hitam dan bersanding dengannya.
Oh, tidak tidak! Freya tidak boleh memikirkan Justin lagi. Dia kan mau move on. Kalau dipikirin terus, kapan move on-nya?
“Gimana hasil kelulusan kemarin? Lulus 100% kan? Seneng nggak?” seru Kevin selaku pembawa acara. Sang kekasih, Stella, berdiri di samping untuk mendampingi. “Akhirnya perjuangan kita selama tiga tahun ini terbayar lunas! Banyak keringat dan air mata yang mengiringi langkah kita sampai di titik ini. Selamat! Kalian semua sudah berhasil memenangkan medan perang! Tepuk tangan untuk kita semua!”
Riuh tepuk tangan dan sorakan dari penonton meramaikan malam yang cerah itu.
“Nggak perlu berlama-lama lagi, kita langsung masuk ke perfomance aja gimana?” tanya Stella sontak mendapat seruan setuju dari para penonton. “Oke! Kayaknya kalian udah nggak sabar ngeliat talent yang bakal ngisi acara malam ini. Langsung aja kita sambut penampilan pertama, Adam!”
Penonton bersorak gembira. Penampilan pembuka yang sempurna. Adam terkenal sebagai primadona di setiap acara sekolah karena suaranya yang selalu berhasil membuat telinga meleleh. Kali ini ia menyanyikan lagu Blue Jeans dari GANGGA. Setelah itu ada Bagas dengan To The Bone dari Pamungkas. Kemudian kub dance pun turut mengirimkan anggotanya dengan meng-cover dance dari Treasure, I Love You.
Kevin pun turut menyumbang lagu milik Ed Sheeran yang berjudul Perfect. Para penonton takkan melewatkan moment ini. Sudah jadi rahasia umum Kevin adalah cowo terbucin se-Taruna Bangsa. Buktinya kini ia turun panggung dan menarik kekasihnya, Stella, ke atas panggung. Para penoton histeris melihat Kevin yang bernyanyi sambil menggenggam tangan Stella.
“Darling you look perfect tonight...” Kevin mengakhiri nyanyiannya dengan menjulurkan setangkai bunga mawar pada Stella sambil berlutut. Hal itu sukses membuat penonton semakin menjerit histeris. Tak terkecuali Freya yang sudah melompat kegirangan di samping Samuel.
“Seperti tradisi kita sebelumnya, akan ada satu orang laki-laki dan perempuan yang bakal jadi king and queen prom malam ini. Kira-kira siapa ya yang bakal mendapat gelar itu malam ini?” Kevin mendekatkan telinga pada para penonton yang kembali ramai.
“Hahahaa, nggak perlu berlama-lama lagi lah, Vin. Pasangan ini pasti udah nggak asing lagi buat kalian. Mereka berdua ini sama-sama kebanggaan Taruna Bangsa. Ada yang bisa nebak siapa?” Stella menjeda sejenak untuk mendengar respon penonton. “Ya! Samuel Pratama dan Freya Grizelle!”
Freya tampak terkejut karenanya. Ia menatap Samuel yang hanya mengangkat kedua bahunya. Setelah itu, Samuel menjulurkan tangan di hadapan Freya. Gadis itu menatap sejenak sebelum menaruh tangan kanannya di telapak lelaki itu.
Mereka berjalan anggun ke panggung. Sorak sorai penonton turut mengiringi langkah mereka. Sesampainya di atas panggung, Kevin dan Stella mengalungkan kain selempang bertuliskan “King Prom” dan “Queen Prom” kepada Samuel dan Freya.
“Sebelumnya kita mau ngucapin terima kasih udah kasih gelar ini ke kita. Sebenernya nggak nyangka banget bakal dapet ini. Tapi kita merasa sangat terhormat dapat kepercayaan dari kalian untuk menyandang gelar ini. Dan aku cuman mau bilang, perjalanan kita memang udah berakhir di sini. Tapi pemberhentian ini bukan akhir dari segalanya. Masih banyak jalur-jalur yang harus kita tempuh. Aku berharap kalian semua terus semangat untuk mencapai impian masing-masing and see you on top guys! Thank you!!” sorak Samuel yang mendapat respon positif dari penonton.
“Oh, iya, Samuel, kita dapet banyak pertanyaan nih dari temen-temen, kamu sama Freya sebenernya ada hubungan apa sih? Kalian kan udah dari dulu deket banget. Walaupun Freya sempet pacaran sama cowok lain, tapi akhirnya kalian deket lagi kaya sekarang. Kasih tau ke kita dong apa hubungan kalian,” goda Stella yang mendapat persetujuan dari penonton.
Samuel beranjak merangkul Freya. “Freya adalah sahabat terbaik yang aku punya. Dia itu cewek yang pantang menyerah, kuat, dan selalu punya cara untuk menyelesaikan masalahnya. Walaupun kadang kaya anak kecil, tapi dia adalah cewe yang hebat. Dan aku merasa beruntung punya sahabat kaya dia.” Jawaban Samuel membuat debat jantung Freya sedikit meningkat.
“Jadi kalian cuman sahabatan?” timpal Stella berusaha memperjelas. Keduanya mengangguk. Para penonton serentak mengeluh. Freya menatap Samuel, begitu pula sebaliknya. Mereka sontak terkekeh bersama.
“Lihat, dia berani merangkul Freya-ku.”
“Sudahlah, mereka kan hanya sahabat.”
Lelaki tinggi menjulang itu menghela napas kasar. “Shit, aku harus menyeretnya dari sana.”
“Hei! Kau mau ke mana? Ingat, ini bukan wilayahmu. Kau tidak bisa masuk ke sana!”
Lelaki yang sudah melenggang beberapa langkah itu berbalik. “Tidak ada kata tidak bisa untuk Travis.”
“Itu tadi si Noir bukan sih? Ngapain dia dateng ke acara kita? Sejak kapan dia kenal Freya?” tanya Jayden setelah ia, Kevin dan Danny mengambil tempat duduk di kedai Uncle Lim. Acara malam kelulusan sudah selesai dan mereka memutuskan untuk nongkrong sebelum kembali ke rumah. Tentunya setelah mengantarkan gadis mereka masing-masing.
“Lah, si Freya kan emang anak gengnya Noir. Lo nggak tau, Den?” timpal Kevin.
“Oh, iya, gue hampir lupa kalo Freya sempet jadi anak sentul juga.”
Dari balik ponsel, Kevin melirik Danny yang sedari tadi hanya diam. “Lo ngapa diem aja, Dan?” tanya Kevin dengan pandangan ke ponselnya.
“Oh, nggak apa-apa kok.” Respon Danny tanpa gelagapan. Kevin yang melihatnya jadi merasa bersalah. Ia teringat ucapan Stella kalau mungkin saja Danny tengah tertekan sekarang. Sebagai teman, seharusnya ia memenangkan Danny bukannya menambah bebannya.
“Gue minta maaf karena selama ini terus nyalahin lo. Padahal gue tau semua ini bukan cuman salah lo.” Ucapan Kevin membuat Danny mengangkat kepalanya. Jayden hanya diam menyimak dua sahabatnya yang mungkin akan berdamai malam ini.
“Gue cuman ngerasa nggak ikhlas karena kita sama sekali nggak dapet balesan apa-apa dari perbuatan kita, terutama lo, Dan. Tapi gue sadar, ngga seharusnya gue bersikap kaya gini ke lo.” Kevin menjeda kalimatnya sejenak. “Lo nggak usah pikirin omongan jahat gue kemarin-kemarin. Gue nggak bener-bener benci sama lo, Dan. Gimanapun lo tetep sahabat gue, sama kaya Justin.”
Danny menunduk sembari meremas celananya. Apa ini? Bisa-bisanya dia menangis hanya karena ucapan menyentuh dari Kevin. Namun jujur, ia begitu menantikan kesempatan ini. Sudah banyak cara ia lakukan untuk mendapat pengampunan dari Kevin. Dan sekarang, lelaki itu sendiri yang mengajak berdamai.
“Nggak apa-apa, Vin. Gue tau perasaan lo. Gue juga benci sama diri gue sendiri karena nggak bisa melakukan apapun buat bantu temen gue. Tapi gue janji sama kalian, gue akan tanggung jawab. Dan gue akan melakukan apapun untuk menebus dosa gue. Gue janji.”
Jayden dan Kevin sama-sama menatap Danny dengan tulus. Dari sorot mata Danny, mereka dapat menemukan sebuah kesungguhan yang menggebu. Mereka tahu, Danny bukanlah orang yang egois. Di beberapa kesempatan ia seringkali mengutamakan Sweet Escape daripada kehidupan pribadinya. Bahkan ketika orang tuanya ingin memindahkan Danny ke kuar negeri, Danny malah memilih kabur bersama teman-temannya.
Semua itu semakin terbuktikan ketika Danny lebih memilih membantu Justin ketimbang mengurusi kekasihnya yang menjadi korban dari kesalahan Justin.
“Ya nggak pake nangis juga lah. Cengeng amat lo jadi cowo!” ledek Kevin melihat Danny mengusap matanya berkali-kali.
“Apaan! Gue kelilipan bangsat!”
Kevin dan Jayden tertawa bersama. Ya, inilah bagaimana permasalahan mereka selesai. Cukup saling mengobrol dengan kepala dingin. Komunikasi itu sangat penting, kawan! Masalah adalah hal yang wajar datang di kehidupan setiap manusia. Hanya bagaimana cara mereka mengurai benang kusut itu menjadi lurus kembali, itu yang paling penting.
Masalah datang untuk dihadapi, bukan dihindari. Jadi, semangat untuk kita yang tengah berjuang untuk bertahan hidup di dunia penuh sandiwara ini!