Rencana Penyusupan
Di sebuah studio yang gelap, Asahi duduk sendirian. Hanya satu lampu studio yang menyala. Tangannya menggenggam botol air yang akan ia gunakan untuk mengambil salah satu sidik jari para vampir itu. Suasana mendadak berubah dingin. Bukan karena AC, tapi karena kedatangan seorang vampir berwajah Yoshi yang menatapnya tajam sejak ia masuk ke ruangan.
“Sedang apa di sini sendirian?”
Yoshi mendekat. Sepasang mata merahnya menyorot penuh curiga. Asahi merasa bulu kuduknya naik. Namun dia berusaha tetap tenang.
“Baru selesai latihan.”
“Latihan?” Bibir Yoshi menyungging tipis. Ia lalu duduk tak jauh dari Asahi. “Aku dengar kemarin kau berkelahi dengan Jaehyuk.”
“Cuman salah paham.”
“Salah paham?”
Yoshi mendekat, lalu mengambil botol air dari tangan Asahi. Dia meminum separuh isi botol lalu meletakkannya di meja kaca dengan keras sampai sedikit retak.
“Kuharap itu memang salah paham.”
Yoshi melangkah pergi. Asahi buru-buru bergerak. Dia membuka saku hoodie-nya, mengeluarkan kantong plastik, lalu memasukkan botol yang Yoshi sentuh ke dalamnya. Ada alat yang bisa menyimpan sidik jari hanya dari bekas sentuhan di kamarnya. Dia akan menggunakan alat itu untuk merekam sidik jari Yoshi dan menggunakannya untuk membuka akses ruang tersembunyi yang ia yakini sebagai tempat penyekapan para member.
“Selesai!” gumam Asahi lantas bergegas pergi dari studio itu.
Lokasi fanmeeting sudah dipenuhi staff sejak pagi. Truk-truk peralatan keluar masuk, lampu dan layar LED dipasang. Seorin berdiri di antara mereka. Menggunakan ID card palsu buatan Asahi yang menggantung di leher beserta penyamaran utuh dari mulai model rambut hingga gaya berpakaian yang berbeda dari biasanya.
Jantungnya berdetak kencang. Bukan karena takut ketahuan, tapi karena hari ini dia dan Asahi akan menyusup ke ruang bawah tanah, tempat para member asli TR10 dikurung.
Di dalam ruang ganti, Asahi dan para member vampir sudah bersiap untuk sesi fanmeeting. Seorin hanya sempat bertukar pandang singkat dengannya dari kejauhan. Kepalanya menunduk singkat, tanda siap melancarkan penyerangan.
Fanmeeting dimulai. Sorak sorai fans menggema. Seorin menyusup ke gudang bawah tanah setelah sebelumnya menukar id card miliknya dengan milik kru asli seperti perintah Asahi. Ia menggeret box hitam besar yang berisi speaker untuk penyamaran.
Seorin sampai di lift servis. Asahi sudah mematikan sensor kamera lewat jalur yang dia tembus malam sebelumnya. Dengan id card yang sudah Seorin curi, pintu terbuka.
Lift turun. Lantai demi lantai, sampai akhirnya:
B3 – No Access
Pintu terbuka pelan. Seorin disambut oleh lorong panjang yang membentang. Lampu di sana menyala remang. Udara terasa dingin tercampur oleh bau darah dan zat kimia yang menyengat.
Seorin bergerak cepat mencari tempat persembunyian sembari menunggu Asahi datang. Di kantung jaketnya, ia sudah menyimpan pisau perak kecil yang sebelumnya sudah direndam darah Asahi. Hanya itu perlindungan yang Seorin punya. Semoga saja tidak ada yang terjadi sampai Asahi datang.
Ponsel Seorin bergetar. Ia menemukan ada pesan dari Asahi di sana.
HKN911: rin, sorry gue nggak bisa nyusul sekarang
HKN911: gue ditahan mereka
Seorin menggeram kesal. Padahal tinggal sedikit lagi mereka berhasil. Ruangan yang kemungkinan besar tempat penyekapan member pun ada di depan matanya. Masa dia harus mundur setelah melangkah sejauh ini?
Haruskah dia mencoba masuk ke sana dengan sidik jarinya? Siapa tau masih berfungsi bukan?