Serbuk Perak

Matahari siang menyelinap masuk lewat jendela kaca sebuah rumah makan. Cahayanya yang hangat terpantul ke sebuah meja kayu sederhana. Rumah makan itu tidak begitu ramai. Hanya ada beberapa pegawai kantor yang makan cepat sebelum kembali bekerja.

Seorin duduk di seberang Asahi. Ia sudah beberapa kali bertemu idolanya itu belakangan ini. Namun perasaan gugup belum juga hilang. Ia bahkan tidak bisa duduk dengan tenang sekarang.

“Lo nggak keberatan makan di luar kayak gini, Sa?” tanya Seorin sambil menatap ke luar jendela. “Lo bisa kena skandal kalau ketahuan.”

Asahi mengangkat bahu dengan senyum kecil tersungging di wajahnya. “Siapa yang bakal nangkep kita? Semua orang udah terhipnotis sama vampir. Mereka nggak akan inget pernah mergokin kita makan bareng.”

Seorin tertawa kecil. Sesekali ia mencubit pipinya sendiri seolah meyakinkan bahwa ini bukan mimpi.

Sementara itu, Asahi diam-diam merogoh saku jaketnya. Ia menggenggam erat plastik kecil berisi serbuk yang Doyoung berikan. Warnanya abu keperakkan, hampir tidak akan terlihat kalau ditaburkan ke makanan. Sebenarnya Asahi tidak mau mempercayai Doyoung. Namun, apa salahnya mencoba? Toh, serbuk ini tidak akan membahayakan Seorin jika dia memang manusia.

Tak lama kemudian, pesanan mereka datang. Sepiring bulgogi panas, kimchi, dan nasi putih mengepul disajikan di atas nampan. Sepasang mata Seorin langsung bersinar.

“Makanan di sini emang nggak pernah mengecewakan! Lo harus coba sih, Sa! Walaupun tempatnya sederhana, tapi gue jamin makanannya enak!”

Asahi tertawa kecil. “Keliatannya emang enak.”

“Bentar, gue cuci tangan dulu.”

Nice timing! Saat Seorin pergi mencuci tangan, Asahi langsung bergerak cepat. Ia menyobek plastik kecil di bawah meja lalu menaburkannya ke atas nasi Seorin. Warna serbuk itu langsung menyatu dengan nasi. Asahi segera memasukkan kantung plastik tadi kembali ke saku jaketnya lalu beralih mengaduk makanannya seperti tidak terjadi apa-apa.

Beberapa detik kemudian, Seorin kembali duduk dan mulai makan. Ia mengangkat sendok, menyuap nasi dan potongan bulgogi, lalu mulai mengunyah. Beberapa detik pertama tidak terjadi apa-apa. Dia masih bisa mengobrol ringan dengan Asahi, seperti menceritakan hal-hal yang ia sukai dari TR10, hal konyol yang member lakukan di variety show, sampai betapa sulitnya mendapat tiket konser TR10.

Asahi hampir menyimpulkan kalau tuduhan Doyoung salah sebelum akhirnya tiba-tiba Seorin terbatuk. Awalnya hanya batuk kecil, kemudian berubah lebih keras. Sendok jatuh dari tangannya, menimpa piring hingga berbunyi nyaring. Wajah Seorin memerah dengan mata yang berair. Ia buru-buru meraih gelar air di sampingnya lalu meneguknya.

“Rin? Lo nggak apa-apa?” tanya Asahi panik.

Seorin mengangkat satu tangan, memberi isyarat bahwa dia mengatasi hal ini. “G-gue cuman kesedak dikit,” jawabnya dengan suara parau. “Kayaknya agak kepedesan. Maaf, ya.”

Asahi hanya menatap. Tak percaya dengan apa yang ia lihat. Serbuk itu bereaksi. Dugaan Doyoung benar.

Seorin bukan manusia.

Dan kemungkinan besar, dia adalah vampir darah murni yang para vampir itu cari.