Welcome Home, Justin!

“Yooo! Welcome home Justin Mahendra!!!” seru Kevin sontak berlari menghambur ke Justin saat mendapati teman yang ia rindukan keluar dari gedung tahanan. Justin yang terkejut sedikit terhuyung saat Kevin memeluk dan menaikkan kedua kaki ke gendongannya.

“Lo berat anjing!” umpat Justin diselingi tawa yang mengharukan. Dapat Justin dengar Kevin yang mulai menangis.

Jayden dan Danny menghampiri dua lelaki yang masih betah berpelukan. Justin menjulurkan satu tangannya untuk memeluk dua temannya yang lain bergantian. “Selamat bro! Lo udah berhasil menyelesaikan tanggung jawab lo,” ujar Danny sembari menepuk bahu Justin berkali-kali.

“Thanks, Dan,” jawab Justin sembari menggosok punggung Danny.

“Gue bangga sama lo, Tin. Selamat!” ujar Jayden dengan mengelus belakang kepala Justin. Kemudian menepuk pantat Kevin membuat lelaki itu turun dari gendongan.

“Makasih, Den,” jawab Justin. Sorot mata lelaki itu tak bisa membohongi rasa bahagia bercampur lega yang lama ia nanti. Matanya berkaca-kaca. Terharu, ia masih memiliki teman yang setia menunggu kepulangannya. Ia sempat khawatir, mereka tak mau menerimanya lagi.

Justin menatap ke depan. Ayah dan ibunya tengah menanti dengan senyuman haru. Bahkan sang ibu sudah meneteskan air mata menyambut kembalinya sang putra yang sangat dicintai. Justin mengurai pelukan dengan temannya lalu menghampiri orang tuanya.

Ia berdiri tepat di depan mereka. Terdiam sejenak dengan pandangan yang mulai memanas. Justin mencium tangan ayahnya. Sebuah tepukan kebanggan mendarat di punggungnya. Tak ada kata yang terucap. Namun siapapun yang melihat dapat menangkap sirat kebahagiaan di mata ayah Justin.

Justin menatap ibunya sejenak. Ia mencium tangan ibunya cukup lama. Air mata yang bercucuran membasahi punggung tangan sang ibu. “Justin minta maaf, Bu. Justin udah mengecewakan ibu. Justin minta maaf,” ujar Justin dengan gemetar. Sebuah elusan menenangkan di punggungnya menambah rasa sesak yang Justin rasakan.

“Iyo, iyoo, Justin sudah ibu maafkan. Jangan diulangi lagi, yo, Le. Cah baguse ibu,” balas sang ibu lalu menarik putranya dalam sebuah pelukan hangat. Tangisan haru sontak pecah. Sang ayah yang berusaha tegar pun tak sanggup menahan air matanya. Ia lalu merangkul istrinya dan memberikan elusan lembut pada Justin.

Ketiga teman Justin turut merasakan suasana haru. Mereka turut bahagia sang sahabat telah kembali ke pelukan hangat keluarganya. Tarikan napas yang berair terdengar bersahutan. Jayden dan Danny sampai harus memenangkan Kevin yang menangis sesenggukan.

Justin telah berhasil melewati badai dalam kehidupannya. Mungkin dia pernah menjadi lelaki brengsek yang bernyali kecil dan tak punya rasa tanggung jawab. Namun langkah akhir yang ia tempuh membuktikan kalau Justin punya nyali yang lebih besar dari seekor bayi burung yang baru belajar terbang.

Berani mengakui kesalahan bukanlah hal yang mudah. Resiko yang didapat akan berdampak buruk untuk kehidupan Justin. Keluarga, teman, lingkungan sosial, semuanya akan hancur. Namun Justin tak mundur. Ia terus melangkah, menerjang semuanya. Sebab Justin tahu, masalah akan terus membuntuti seperti bayang-bayang di bawah sinar mentari.

Kini saatnya Justin untuk membuka lembaran kehidupan baru yang lebih baik. Napas masih mengembus. Malam kelam akan segera bertemu pagi cerah. Ini bukan akhir dari segalanya. Bumi akan terus berputar, menanti Justin untuk memperjuangkan lebih banyak hal yang sudah menghadang. Masa lalu bolehlah sesekali ditengok, demi masa depan yang lebih elok.